Periode modern mazhab Syafi’i (1337 H sampai sekarang)

Ketidakstabilan politik dan sosial yang menimpa dunia Arab dan Islam membuat dunia Arab dan Islam terpecah, masing-masing negara atau wilayah menjadi negara merdeka. Pada masa ini perhatian terhadap ilmu-ilmu empiris lebih besar dibandingkan dengan ilmu-ilmu humaniora, khususnya ilmu-ilmu syariat dan fikih, sehingga kepedulian terhadap ilmu-ilmu tersebut menjadi berkurang. Namun, gerakan keilmuan fikih Syafi’i di Hadramaut, Yaman, masih berada pada puncaknya dalam hal fatwa, peradilan, pengajaran, dan penulisan kitab. Berbeda dengan tempat lain, Pengajaran mazhab disana menekankan pada pendalam masalah (ta’ammuq) dan spesialisasi (takhassus), tidak hanya dengan menguraikan lafaz-lafaz matan dan syarah.

Penyebaran Mazhab Syafi’i saat ini:

1. Negeri Syam (Selatan Suriah, Yordania, Palestina, Lebanon), Mesir, Irak (Iraq tengah dan wilayah Kurdistan), dan wilayah Kurdi di Turki.

2. Yaman (Hadhramout, Zabid), sebagian besar wilayah Kerajaan Arab Saudi (Hijaz dan Tihama, Arab Saudi bagian selatan, dan Al-Ahsa), dan Oman bagian selatan.

3. India Selatan (Kerala), Sri Lanka, beberapa bagian di Iran, dan timur negara-negara Kaukasus (Dagestan dan Chechnya).

4. Asia Tenggara: Indonesia, Malaysia, Kesultanan Brunei, dan Thailand, Filipina, dan Singapura.

5. Negara-negara Tanduk Afrika : Somalia, Djibouti, Ethiopia, dan Eritrea.

6. Pesisir Afrika bagian timur: Kenya, Tanzania, Madagaskar, dan Komoro.

Mazhab Syafi’i diadopsi sebagai mazhab resmi oleh Kesultanan Brunei, Malaysia, dan wilayah Dar es salam di Tanzania.

Di Kerajaan Yordania, dengan usaha mantan Mufti Dr. Noah Al-Qudah rahimahullah (w. 2010 M), Departemen Fatwa Umum menjadikan mazhab Imam Syafi’i sebagai asas dan titik tolak fatwa, sekaligus juga merujuk pada fikih empat mazhab mengenai permasalahan yang sulit mengeluarkan fatwa menurut mazhab Syafi’i, fatwa diterbitkan di website departemen dalam bahasa Arab dan Inggris.

Ciri-ciri dan ciri keilmuan yang paling menonjol pada zaman modern:

Stagnasi manhaj fikih bermazhab

Pasca jatuhnya Kekhalifahan Utsmaniyah, muncul beberapa pendekatan baru dalam struktur intelektual Islam yang mengubah struktur Fikih islam yang telah dikenal para ulama Muslim sejak era para Sahabat, dan menyerukan untuk bersandar Al-Qur’an dan Sunnah secara langsung tanpa perlu merujuk pada mazhab-mazhab fikih yang mu’tamad. Pendekatan baru ini diadopsi banyak universitas dalam mengajarkan fikih dan ushul fikih. sehingga pengajaran keempat mazhab secara umum menurun, termasuk mazhab Syafi’i.

Para ulama mazhab yang paling berpengaruh di era modern

antara lain :

1. Al-‘Allamah Ahmad bin Omar Al-Syathiri (w. 1360 H).

2. Al-‘Allamah Abdul Karim Al-Mudarres (w. 1426 H), Mufti Irak.

3. Al-‘Allamah Dr. Nuh Al-Qudhah (w. 1431 H), Mufti Yordania.

4. Al-‘Allamah Ahmad Al-Doughan (wafat 1434 H), Syekh Mazhab Syafi’i di Al-Ahsa.

5. Al-‘Allamah Salem Al-Shatri (w. 1439 H).

6. Al-‘Allamah Muhammad bin Ali Al-Khatib, semoga Allah memanjangkan umurnya.

7. Al-‘Allamah Abdul Aziz Al-Syahawi semoga Allah memanjangkan umurnya, beliau adalah Syekh mazhab Syafi’i di Mesir.

8. Al-‘Allamah Zain bin Samith semoga Allah memanjangkan umurnya. Beliau dijuluki Imam Syafi’i Al-Saghir.

9. Al-‘Allamah Qasim Al-Bahr Al-Qadimi, semoga Allah memperpanjang umurnya, beliau adalah salah satu ulama besar Syafi’iyah di Yaman.


1 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.