Samudra Pasai di mata Ibnu Batuttah
Siapa yang tak kenal Ibnu Batuttah,seorang pengembara islam yang telah melintasi 44 negara selama hampir 30 tahun lamanya.pada awalnya Ibnu Batuttah berniat melakukan perjalanan untuk menunaikan ibadah haji ke Baitullah di tanah suci Mekkah dan berziarah ke makam Rasulullah saw di Madinah,namun tujuan mulianya telah membawanya melintasi dunia hingga sejauh 177 ribu kilometer.kehebatannya sangat di kagumi oleh para sejarawan dunia bahkan dia di sandingkan dengan penjelajah dunia terkemuka seperti Marcopolo dan Christopher Columbus.
Setelah kerinduan
hatinya menziarahi makam Rasulullah dan menunaikan ibadah haji terobati,Ibnu
Batuttah tidak langsung pulang ke kampung halamannya di Tangier,Maroko,tapi
melanjutkan perjalanannya mengarungi lautan dan melintasi daratan,berbagai
kerajaan dan dinasti dia lalui hingga sampailah ia pada sebuah kerajaan islam
di Asia Tenggara yaitu Samudra Pasai.
Dalam buku
catatan perjalanannya yang berjudul Rihla, Ibnu Batuttah menggambarkan Samudra
Pasai sebagai negeri yaqng sangat indah. ''Negeri
yang hijau dengan kota pelabuhannya yang besar dan indah,''kata Ibnu
Batuttah.
Kedatangan Ibnu
Batuttah ke Samudra Pasai disambut hangat dan ramah oleh ulama dan pejabat
Samudra Pasai.dalam pandangan Ibnu batuttah Samudra Pasai ketika itu telah
menjadi pusat studi islam di kawasan Asia Tenggara.
Sultan Mahmud Malik Al-Zahir penguasa Samudra Pasai waktu
itu adalah orang yang sangat di kagumi Ibnu Batuttah selama berada di Samudra
Pasai,Ibnu Batuttah mengatakan :
''Sultan
Mahmud Malik Al-Zahir adalah seorang pemimpin yang sangat mengedepankan hukum
Islam. Pribadinya sangat rendah hati. Ia berangkat ke masjid untuk shalat Jumat
dengan berjalan kaki. Selesai shalat, sultan dan rombongan biasa berkeliling
kota untuk melihat keadaan rakyatnya,''
IbnuBatuttah juga mencatat,pusat studi islam yang
dibangun sultan dalam lingkungan kerajaan menjadi tempat diskusi antara ulama
dan pejabat kerajaan.
Kecintaan Sultan Mahmud
Malik Al-Zahir terhadap ilmu-ilmu islam sangat membuat Ibnu Batuttah kagum,sampai-sampai
Ibnu Batuttah dalam kitab Tuhfat al-Nazhar menempat Sultan Mahmud Malik
Al-Zahir dalam tujuh raja yang mempunyai kelebihan yang luar biasa.
Ketujuh raja tersebut ialah :
1.
Raja Iraq yang berbudi bahasa
2.
Raja Hindustani yang sangat ramah
3.
Raja Yaman yang berakhlak mulia
4.
Raja Turki yang gagah perkasa
5.
Raja Romawi yang sangat pemaaf
6.
Raja Malik Al-Zahir yang berilmu pengetahuan luas dan
dalam
7.
Raja Turkistan
Setelah menetap di samudra pasai selama 15 hari,Ibnu Batuttah melanjutkan perjalanannya ke negeri Tirai Bambu Cina dan negara-negara lainnya hingga akhir hayatnya di Maroko pada tahun 1377 M.Pencapaian Ibnu Batuttah yang luar bisa ini tidak hanya di kagumi ummat islam tapi juga kalangan Barat hingga namanya di abadikan sebagai nama salah satu kawah di bulan oleh International Astronomy Union (IAU) sebagai bentuk penghormatan atas dedikasinya.
Post a Comment