Hukum Dan Fadhilah Merayakan Maulid Nabi Muhammad Saw

Merayakan maulid atau hari kelahiran nabi Muhammad saw yang bertepatan pada tanggal 12 Rabiul Awwal merupakan sebuah amal yang di katagorikan sebagai “bid’ah”,inilah yang menjadi pokok permasalahan diantara umat islam.ada sekelompok orang yang melakukan kebohongan ilmiah dalam mengeluarkan hujjah mengatakan semua bid’ah sesat,tapi sebenarnya tidak begitu.

Dalam hal ini imam Syafi’i pernah mengatakan :
“Apa-apa yang baru(yang belum ada tau di lakukan di masa nabi SAW) dan bertentangan dengan kitabullah,sunnah,ijmak,atau sumber yang lain yang di jadikan pegangan,adalah bid’ah yang sesat.adapun suatu kebaikan yang baru dan tidak
bertentangan dengan yang  telah disebutkan adalah bid’ah terpuji”





Memperingati maulid rasul berarti menghidupkan kembali ingatan tentang rasulullah dan menambah rasa cinta kita kepada beliau dengan mengenag kembali kisah kelahiran,perjuangan hingga wafat beliau kembali ke rahmatullah,ini merupakan suatu yang di anjurkan oleh rasul sendiri.dalam sebuah hadis rasul bersabda :

مَنْ أَحَبَّنِى كَانَ مَعِيْ فِي الْجَنـَّةِ

“Barang siapa cinta kepada ku,dia akan bersama ku dalam surga”

Apalagi kalau diisi dengan membaca BAZANJI (kitab yang berisi kisah kelahiran hingga wafat rasul, puji-pujian dan juga shalawat),zikir dan shalawat kepda nabi SAW.
Firman allah : “sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-nya bershalawat untuk nabi…(QS.33:56)”

Jika memang semua bid’ah itu sesat berarti para sahabat rasul telah melakukan kesesatan, karena telah melakukan bid’ah.seperti  pengumpulan dan penulisan Al-Quran yang dilakukan  Abu Bakar,Umar,Zaid karena khawatir hilang dengan wafatnya para sahabat penghafal Al-Quran.begitu juga yang di lakukan Umar ketika mengumpulkan orang yang shalat tarawih untuk mengikuti satu imam,bahkan beliau mengatakan, “sebaik-baik bid’ah adalah ini”.sungguh tidak mungkin jika sahabat rasul melakukan kesesatan sedangkan rasul menyuruh kita untuk mengikuti mereka.rasul bersabda :
“maka,hendaklah kalian berpegang teguh pada sunnahku dan sunnah para khulafaurrasyidin yang mendapat petunjuk sesudahku.gigit (pegang erat) sunnah tersebut dengan gigi geraham (HR.Tarmizi no.2676,Abu Daud no.4607,Ahmad no.4/126-127.Dll)”

Dalil Bid'ah Hasanah

Rasulullah bersabda :
“Barang siapa yang memulai sebuah perkara baik yang baru dalam islam maka ia akan mendapat pahala dari perbuatan baiknya tersebut dan juga mendapat pahala dari orang yang mengikutinya setelahnya,tanpa berkurang pahala mereka sedikit pun (HR.Muslim dalam kitab sahihnya)”

Sebenarnya rasul telah mengisyaratkan tentang boleh memperingati hari kelahirannya,sebab rasul sendiri juga memperingatinya namun dengan cara yang berbeda yaitu dengan melakukan puasa,sebagaimana dalam sebuah hadist :

“Sesungguhnya Rosulullah saw ditanya seorang sahabat tentang puasa hari Senin, maka beliau menjawab, sebab di hari Senin itu hari kelahiranku, dan wahyu diturunkan kepadaku”. ( HR. Muslim).

Anjuran untuk merayakan maulid juga telah diisyaratkan allah adalam Al-Quran ;
Maka orang-orang yang beriman kepadanya (Muhammad) memulyakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Qur’an), mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS. Al A’rof :157)

Termasuk orang-orang yang memulyakan (dalam ayat ini) adalah orang-orang yang memperingati Maulid Nabi SAW, yang membaca Barzanji, Marhaban, Burdah, syair-syair dan qosidah-qosidah dan pengajian-pengajian, kalau dimaksudkan untuk memulyakan Nabi, maka akan mendapat pahala yang banyak dan akan beruntung.



Jelaslah bahwa merayakan maulid merupakan bida’h  hasanah (bagus/baik) dan di sunnahkan dalam islam dan diberi pahala bagi yang melakukannya.

Fadhilah Maulid
Disebutkan dalam kitab I’anatut thalibin seorang ulama yang bernama Sara-Suqthi mengatakan “Siapa saja yang menuju suatu tempat yang di bacakan kisah maulid(kelahiran) nabi,maka sungguh ia telah menuju sebuah taman surga.Sebab ia menuju tempat tersebut karena rasa cintanya kepada nabi”
Rasulullah bersabda : “Barang siapa cinta kepada ku,dia akan bersama ku dalam surga”

Dalam sebuah hadist disebutkan:

وذكر السهيلي أن العباس بن عبد المطلب رضي الله عنه قال : لما مات أبو لهب رأيته في منامي بعد حول في شر حال فقال ما لقيت
بعدكم راحة الا أن العذاب يخفف عني كل يوم اثنين قال وذلك أن النبي صلى الله عليه وسلم ولد يوم الإثنين وكانت ثويبة بشرت أبا
لهب بمولده فاعتقها

As-Suhaeli telah menyebutkan” bahawa Abbas bin Abdul mutholibmelihat abu lahab dalam mimpinya,dan Abbas bertanya padanya,"Bagaimana keadaanmu? Abu lahab menjawab, di neraka, cuma setiap senin siksaku diringankan karena aku membebaskan budakku Tsuwaibah karena gembiraku atas kelahiran Rasul saw."(shahih bukhari hadits no.4813, sunan Baihaqi al-kubra hadits no.13701, syi’bul Iman no.281, fathul Baari al-Masyhur juz 11 hal431)

Kaum muslimin yang dirahmati allah,jika Abu Lahab yang telah dipastikan allah dalam Al-Quran sebagai penghuni neraka diberi keringanan azab oleh allah setiap hari senin karena gembira dengan kelahiran rasulullah apalagi kita yang hidup sebagai umat islam dan beriman kepada allah dan rasulnya.

Dalam sebuah hikayah diceritakan pada zaman Amirul mukminin Harun Arrasyid hidup seorang pemuda di kota Basra (kota terbesar kedua di irak) yang selalu berpoya-poya,para penduduk kota melihatnya dengan pandangan yang hina karena perbuatannya yang buruk tetapi apabila telah sampai bulan Rabiul Awal pemuda tersebut membersihkan pakaiannya,menghias diri,memakai wangi-wangian dan mengadakan sebuah pesta dan mengundang orang-orang untuk membacakan kisah maulid nabi Muhammad saw.dan ia terus melakukannya dalam waktu yang lama.sehingga manakala ia telah wafat terdengarlah seruan,”Wahai penduduk Basrah,hadirilah dan saksikanlah janazah salah seorang wali allah karena ia muliya disisi ku”.maka berkumpullah penduduk Basrah untuk melihat janazahnya dan menguburkannya.beberapa saat kemudian seseorang melihatnya dalam mimpi dengan pakaian sutra yang sangat mewah kemudian ditanyakan pekapadanya,”dengan apa engkau dapatkan kelebihan ini..?”,ia menjawab,”dengan mentakzim(memuliakan/mengagungkan) hari kelahiran nabi”.

Hanya sekian,semoga bermamfaat.Wallahu A’lam.Wassalam.


Referensi : 1.Kitab I’anatut thalibin jild :3 hal :363-365 cet.toha putra
     

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.